Kisahku ini berawal saat aku salah sambung, ketika menghubungi teman chattingku yang lain. Dan dari sinilah kenikmatan itu aku alami. Kejadian itu terjadi sekitar bulan Januari 2004 yang lalu, saat itu aku bermaksud menghubungi salah satu teman chattingku.
“Hallo, gimana khabar kamu Citra?” tanya dengan percaya diri.
“Hallo, ini siapa ya?” suara dari celullerku.
“Aduh, mentang-mentang baru kerja jadi sombong gitu,” godaku.
“Ini Dandy, yang tempo hari ngebahas masalah sex itu lho,” jelasku.
“Maaf, kalo boleh tahu ini siapa ya?” tanyanya kembali.
“Apa benar ini dengan Citra?” tanyaku ganti.
“Maaf, sepertinya Mas, salah sambung,” jelas gadis itu.
“Lho memangnya ini siapa?” tanyaku penasaran.
“Aku Tika,” kata gadis itu.
“Ups! maaf banget Mbak Tika.. Aku kira ini nomor temanku,” kataku malu.
“Emang nomornya berapa 081xx,” jawabku pasti.
“Tuh kan salah belakangnya,” kata gadis itu sambil tersenyum.
“Tapi tidak apa-apa kok Mas, kita bisa kan berteman?” tanyanya.
“Nama Mas siapa?” tanya sekali lagi.
“Bbbisa.. Bisa.. ” jawabku gugup dan malu.
“Namaku Dandy,” jawabku singkat.
Obrolan tersebut terjadi sampai 10 menit lamanya, dari suaranya yang sexy aku menjamin pasti deh orangnya cakep juga.
“Oke deh Mas, Tika mau kuliah dulu nih,” paparnya.
“Oke deh Tika, terima kasih atas waktunya,” kataku singkat.
“Oya, Mas Dandy Surabayanya daerah mana?” tanya Tika.
“Aku di Surabaya kota, kamu pernah main ke sini?” balas tanyaku.
“Iya nih Mas, kebetulan Sabtu besok aku ke Surabaya” jelasnya.
“Oh ya, sama siapa kamu ke Surabaya?” tanyaku balik.
“Sendirian Mas, kenapa mau nemenin?” Tika balik bertanya.
“Siapa takut,” jawabku lugas.
“Tapi aku belum tahu jalannya Mas,” kata Tika.
“Apa aku jemput di Terminal bus?” aku menawarkan diri.
“Tidak usah Mas, aku bawa mobil sendiri kok,” jelas Tika.
Setelah kami bercakap-cakap, akhirnya Tika memnutuskan untuk ketemuan di
kantorku. Karena yang Tika tahu hanya daerah kantorku dan berikutnya
Tika langsung memutuskan hubungan cellulernya.
Hari Sabtu, kebetulan aku ada rencana mau kerjakan berkas-berkas yang
masih belum terselesaikan. Ketika starletku melaju kencang di jalan tol,
cellulerku dengan kencangnya berdering, memainkan lagu dangdut.
“Hallo, Mas Dandy.. kamu ada dimana?” suara yang 4 hari lalu aku kenal.
“Hey Tika, aku sudah mau keluar pintu gerbang tol,” jelasku.
“Oke deh Mas, sampai ketemu nanti.. Bye” kata Tika singkat.
Tanpa terasa aku sudah sampai dihalaman kantorku.
“Selamat pagi Pak Dandy,” sapa satpamku.
“Selamat pagi Mas,” balasku menyapa.
“Aku mita tolong ambilkan kunci ruanganku Mas,” perintahku.
“Baik Pak,” kata Pak satpam sambil bergegas mengambil kunci dalam pos.
Sebelum aku meninggalkan pos satpam, tidak lupa aku pesan jika ada
wanita mencari aku, langsung saja diantar ke ruanganku. 5 menit
kemudian, aku sudah berada di depan mejaku. Setelah menyalakan AC, aku
segera bergegas mengaktifkan komputer dan menata kembali berkas-berkas
yang masih berserakan diatas meja.
Tidak lama kemudian, suara pintu ruangan aku diketuk seseorang,
“Tok.. Tok.. Tok” bunyi papan pintuku.
“Masuk..,” aku berteriak agak pelan.
“Maaf Pak Dandy, tamu bapak sudah datang,” kata Pak satpam.
Muncullah seorang gadis yang sexy, menggunakan rok mini warna soft
dikombinasikan dengan blus putih belahan rendah, menambah anggun
penampilannya. Kulitnya yang putih, ditumbuhi bulu-bulu yang halus
menambah darah kelaki-lakianku spontan meletup.
“Maaf Pak saya mau balik ke pos jaga,” suara satpam memecahkan lamunanku.
“Iya iiyaa Pak, terima kasih,” kataku gugup.
“Mas Dandy ya?” tanya gadis cantik itu.
“Iya.. Iya.. Kamu Tikan kan?” balasku bertanya.
Kami berdua bersalaman sambil mempersilahkan Tika duduk di depan meja
kerjaku, setan burik yang dari tadi sudah mulai menggedor keimanan aku
tentang hal-hal yang ngeres, semakin mendesak pikiranku.
“Gimana perjalannanya Tika?” tanyaku membuka obrolan.
“Sepi tuh Mas, jadinya agak cepet datangnya,” jelas Tika.
“Besar sekali tempat kerja Mas Dandy,” puji Tika.
“Ah biasa aja kok Tika, kamu sendiri bekerja dimana,” tanyaku balik.
“Cuman perusahaan swasta bergerak dibidang konsultan Mas,” jelas Tika.
Obrolan selanjutnya membawa kami berdua seperti orang yang sudah kenal
lama, tidak ada batas dan jarak. Sesekali kami berdua tertawa dengan
cerita yang kami ungkapkan. Dari obrolan tersebut, baru aku ketahui
status Tika yang baru cerai beberapa bulan lalu karena dijodohkan orang
tuanya.
Pantas saja tubuhnya masih kencang karena hanya dipakai 2 bulan saja
oleh mantan suaminya. Sampai akhirnya, waktu menunjukkan pukul 10.25
wib.
“Mas, Tika boleh tanya sesuatu?” tanya Tika.
“Waktu Mas Dandy call kemaren, kok bisanya salah pencet nomor sih?” tanyanya.
“Ya nggak tahu, emang aku pikir pencetnya sudah benar tuh” kataku membeli diri.
“Oya, kok Mas bilang.. yang tempo hari ngebahas masalah sex itu lho.. Memangnya Citra tuh siapa Mas?” tanyanya menyelidik.
“Citra adalah teman chattingku, walaupun aku kami belum pernah ketemu tapi aku seperti sudah seperti sahabat lama” jelasku.
“Kok sampai ngebahas masalah sex, memang ada apa Mas?” tanya Tika.
“OOo.. Itu, dia tuh ingin tahu banyak style yang ada saat ngesex.
Makanya aku sering kirim gambar-gambar porno sama dia” jelasku panjang.
“Boleh lihat nggak Mas?” pinta Tika. Sambil bertanya seperti itu, Tika
tidak menunggu jawabanku. Dia langsung bangkit dari duduknya dan berdiri
membungkuk disamping kananku menghadap layar monitorku.
Aroma parfum yang mahal, membuat birahiku naik turun. Ditambah dinginnya
AC membuat aku semakin gemes melihat tubuh Tika yang sexy. Ingin
rasanya aku langsung mendekapnya dan bercinta dengannya.
Tanganku yang lincah memainkan mouse, untuk membuka file-file yang
berbau pornografi. Nafas Tika terasa di telingaku keluar tidak beraturan
dan sesekali kakinya yang tinggi dirapatkan seperti menahan sesuatu.
Air liurku terasa menetes, melihat bongkahan daging dibalik setelan
blusnya yang pendek. Tika seakan memancing mataku untuk terus melihat
dadanya yang putih.
Disaat sedang asyik menikmati gambar-gambar porno tersebut, tiba tiba
Tika sudah berada di belakangku. Payudaranya terasa kencang ketika
tangannya yang sedikit berbulu, menarik kepalaku sampai mendongkak
kebelakang. Jari jemarinya yang lentik memainkan punting susuku, serr..
nafsu birahiku seperti meledak keluar. Dadaku berdegub kencang.
Ketika kepalaku mendongkak ke belakang, bibirku langsung di sumbat oleh
bibirnya yang mungkil. Lidahnya menari-nari di bibirku dan sesekali
menantang lidahku untuk beradu dengan lidahnya. 15 menit keadaan itu
bertahan, sampai akhirnya Tika menarik kursi yang aku duduki. Sehingga
posisiku yang pertamanya merapat dengan bibir meja, sekarang kurang
lebih 50 cm bergeser menjauhi bibir meja.
Dengan sigap Tika sudah berada dipangkuanku.
“Mas, aku ingin seperti yang digambar itu” kata Tika sambil mendesah.
“Berikan kenikmatan yang sudah 2 bulan hilang dalam hidupku” rengeknya.
“Tikk.. ” belum selesai aku menjawab, bibirnya yang liar mulai mengoyak
bibirku yang masih tertegun dengan apa yang sedang terjadi.
Jari Tika yang lentik mulai memereteli satu persatu kancing blusnya,
sambil bibirnya memegut bibirku tiada hentinya. Adik kecilku berontak,
ingin lepas dari dinding CD yang membatasinya. Goyangan pantat Tika
diatas pangkuanku, membuat semakin tegang penisku.
Aku terhanyut dengan keadaan tersebut dan lupa jika itu aku lakukan dikantor, ditempat kerjaku!
Tanganku bergerak bagaikan seperti dikontrol, menggerayangi punggung
Tika. Dan sesekali memainkan jariku dengan nakal, sehingga menimbulkan
reaksi yangluar biasa pada tubuh Tika. Wajahku dibenamkan ke permukaan
dadanya dan tangannya meremas, menjambak rambutku yang sedikit gondrong.
“Sss.. Mas.. Ooohh.. ” desah Tika.
“Mas.. Beri aku kenikmatan.. ” rintihnya.
Aku sudah tidak sabar ingin melihat bongkahan daging dibalik BHnya yang
ukuran 32. Karena jari jemariku sudah hapal betul untuk mengetahui letak
pengait BH, maka dengan mudah aku bisa melepas nya.
Alamak. Sepasang bongkahan daging menantang di depan mataku dengan kedua
puntingnya yang berwarna merah kehitam-hitaman. Tanpa dikomando,
bibirku yang sedikit sensual mulai menyentuh permukaan payudaranya.
“Uggh.. Mas.. Teruss.. Uughh” tubuh Tika menggeliat saat lidahku mulai bekerja menjilati payudaranya”
Geliatan tubuh Tika diatas pangkuanku membuat aku semakin berani
mengoyak dadanya, puntingnya yang mengeras tidak lupa aku isap
dalam-dalam. Sesekali aku gigit puntingnys yang mengencang, liarnya
lidahku memainkan kedua puntingnya membuat birahi Tika semakin menggebu.
Lidahku dengan liar menjilati, mengulum, menghisap, puntingnya dengan
lembut sehingga membuat gerakan Tika dipangkuanku semakin liar.
Disaat aku rasa libidonya mulai menanjak, aku mengangkat tubuh Tika
utnuk duduk di bibir meja kerjaku. Keadaan Tika yang setengah bugil
membuat aku sangat bernafsu sekali menyetubuhinya.
Setelah Tika duduk di tepi meja, kakinya yang jenjang dibuka dan
dijejakkan pada pegangan kursiku. Terlihat jelas CD transparan yang
sudah mulai basah oleh cairan yang menetes dari lubang vaginanya. Aroma
wangi, muncul dari arah lubang kewanitaan Tika. Posisiku yang duduk di
kursi seperti semula, memudahkan aku untuk mulai menyerang bagian
selagkanan Tika.
Hanya sedikit membungkukkan tubuhku, bibirku sudah tepat berada di depan
selangkangan Tika. Lidahku yang panjang mulai menjilati permukan CD
Tika yang sudah ditembus oleh cairan kenikmatnya.
“Aoow.. Mass.. Ggellii” desah Tika.
Kedua tanganku memegang erat pinggul Tika, sehingga wajahku bisa
benar-benar optimal di selangkangannya. Jilatan lidahku di permukaan CD
Tika dirasakan menghentak-hentak birahinya. Ini terbukti dengan gerakan
tubuhnya yang sedikit kayang, ketika jilatan aku semakin menjadi.
Disaat posisi kayang inilah, kesempatan tidak aku sia-siakan untuk
melepas CD dengan motif rendra yang digunakan oleh Tika. Untuk memdudahk
operasiku, aku hanya menyingkap rok mini yang dikenakan Tika. Sedangkan
CDnya tidak aku lepas seluruhnya, karena hanya aku buka dari sisi
kanannya saja sedangakn yang sisi kiri aku biarkan menyangkut di
betisnya yang mulus.
Belahan yang nampak jelas diselangkangan Tika dan ditumbuhi
rambut-rambut yang terawat, membuat birahi spontan merasuk ke seluruh
tubuhku. Lidahku yang dari tadi sudah ingin menikmati lubang itu
langsung mendarat dipermukaan vagina Tika.
“Ohh.. Mas.. Teruss.. Jangan.. Lepass.. ” Tika menggelinjang hebat.
“Srrupp.. Srupp.. ” mulutku menghisap seluruh cairan yang sudah mulai menyiram bibir vaginanya.
“Mmm.. ” bibirku melumat vagina Tika dengan liar.
Sesekali tubuhnya kembali kayang, dengan kedua tangannya digunakan
menopang tubuhnya diatas meja. Dan sesekali kembali duduk di bibir meja
dengan getaran-getaran penuh birahi. Gerakan tubuhnya naik turun,
kekanan kekiri bergerak tidak beraturan mengiringi setiapa jilatan,
hisapan dan kocokkan lidahku di vagina Tika.
“Mass.. Amppun.. Bibir kamu.. Aagh nikkmaat” desahan Tika berkali-kali.
Sampai akhirnya, aku melihat jelas clitoris Tika sebiji kacang mulai
nongol di sudut atas vaginanya. Dengan lembut, sentuhan lidahku langsung
membuat tubuhnya bergetar hebat sambil kembali ke posisi kayang.
“Mass.. Adduh.. Aaku.. nggak.. Tahann.. Uuuhh” rintihnya.
“Gila.. Kamu Mas.. Ooo teruss..” berkali kali Tika merintih.
Clitoris Tika yang semakin memerah karena hisapan bibirku, semakin
nampak membesar sebiji kacang sehingga memudahkan aku untuk menghisapnya
dalam-dalam. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali tubuh Tika
menggelinjang dengan posisi kayang.
Detik-detik orgasme akan diraih ole Tika dan aku tahu persis indikasi
itu, dan ketika posisi kayangnya tinggi. Aku langsung menahan pantatnya
dengan bertumpu siku tanganku diatas meja.
“Mas.. Tikaa.. nggak tahan.. Akuu.. Gaa..” rintih Tika.
“Mass.. Aaampunn” seiring rintihan panjang tersbut, tubuh Tika mengejang
dalam posisi kayang. Cairan bening keluar dari sudut vaginanya.
“Crutt.. Crut.. Crutt” cairan itu tidak aku lewatkan setetespun
untukmasuk dalam mulutku. Lidah berputar-putar di datas bibir vaginanya
dimana cairan bening Tika muntah untuk pertama kalinya. Dengan lahapnya
aku menelan semua cairan yang dimuntahkan ole Tika.
Walaupun aku tahu Tika sudah orgasme untuk yang pertama, lidahku yang
bandel tetap saja memainkan clitorisnya. Terkadang lidahku bergerak
keluar masuk mengoyak lubang vagina Tika, dinding-dinding vagian Tika
yang mengencak setelah orgasme pertama terasa asin dan manis.
Kali ini tubuh Tika terkulai lemas diatas meja kerjaku, kakinya masih
terbuka lebar dan kepalanya terjuntai di bibir meja. Sehingga rambutnya
yang sebahu terjuntai ke bawah, aku mencoba bangkit dari dudukku. Kali
ini tanganku menahan lutut Tika (Tika mengatur posisinya seperti orang
melahirkan), sehingga belahan di selangkangan Tika terbuka menganga.
Kesempatan ini langsung aku gunakan untuk mengocok lubang vagina Tika
dengan leluasa. Kedua tangan Tika mencengkeram bbir meja tatkala.
Lidahku yang panjang untuk kesekian kalinya mengoyak dinding-dinding
vaginanya.
“Adduhh.. Mass.. Kamu pandai sekali..” rintih Tika.
“Sss.. Geli banget Mass..” desahnya kembali.
Aku mengambil soft dink Cola yang sempat aku buka, setelah aku minum
sedikit aku lelehkan dikit demi sedikit ke bibir vagina Tika sehingga
tubuh Tika kembali menggelinjang tidak beraturan.
“Ooogghh.. Mass.. Aaaoo” rintihan Tika kali ini, hanya bisa diikuti
gerakan kepalanya yang sedang menjuntai kebawah. Bak seorang yang
tripping, kepalanya mengikuti irama jilatan lidahku.
10 menit lidahku memborbardir clitoris dan vagina Tika sampai akhirnya
aku melihat gelagat Tika untuk mendapatkan orgasmenya yang kedua.
“Mass.. Mas.. Tika.. Mau.. Keluaarr lagi..” rintihnya.
“Mass.. Ooohh.. Aku nggak taahhaann Mas..” rintih Tika sambil
memindahkan tangannya, yang tadinya mencengkeram erat bibir meja. Kali
ini menggapai-gapai kepalaku utnuk membantu membenamkan lidahku
dalam-dalam ke lubang kewanitaannya.
“Maass.. Aampunn.. Aaakkhh” dibarengi tubuh Tika yang mengejang bebrapa
saat. Cairan bening kembali meleleh berkali-kali dari lubang vaginanya.
Dan dengan rakusnya lidah dan mulutku membersihkan seluruh cairan yang
keluar untuk kedua kalinya.
Tubuh Tika tetap terlentang menikmati orgasme yang 2 kali didapatkannya, kepalanya terjuntai.
“Sebentar Tika, aku kunci dulu pintunya.”
Aku bangkit dari tempatku dan menuju ke pintu ruanganku. Posisi Tika
masih tetap seperti semula terlentang diatas meja, blusnya putih masih
terlingkar dipinggulnya karena beberapa kancing bajunya belum terlepas.
Begitu juga dengan rok mininya masih melingkar kusut dipinggulnya.
Ketika aku balik kedepan mejaku, tiba-tiba tangan Tika menggapai
pinggulku, dan dengan sigap, Tika bisa mengeluarkan adik kecilku yang
mulai tadi sudah terbelenggu oleh ketatnya CDku.
“Waow.. Besar sekali Mas punya kamu..” puji Tika.
Dengan posisi kepala yang menjuntai di bibir meja, mulut Tika langsung
melahap batang penisku yang berukuran 19 cm kurang sedikit dab bentuknya
akan melengkung. Dengan posisi berdiri mataku menyaksikan, mulut Tika
yang menghisap, mengulum dan menjilati batang kemaluanku.
“Oh.. Tika..”
Aku menggerakkan kepala melihat langit-langit ruangan merasakan sentuhan
lidah Tika yang menari-nari di batang kemaluanku. Kedua tangan Tika,
meremas pantatku (yang kata teman-teman kencanku tergolong sexy). Tangan
Tika menggerakkan pinggulku bergark maju mundur, keluar masuk mulutnya
yang tipis.
“Aduh Tika sayang.. Terus sayang..” desahku.
Tika benar-benar lihai memainkan lidahnya, sampai-sampai aku dibuatnya
merem melek. Untuk mengimbangi permainan Tika yang semankin menjadi.
Kedua jariku memilin punting Tika yang sudah mulai mengencang lagi.
Sesekali aku membungkukkan badanku, untuk sekedar menghisap punting
Tika.
“Uuuff.. Tikkaa..” aku mendesah saat batang kemaluanku bagaikan ditelan oleh mulut Tika.
Tanganku yang jahil, mulai meraba perut Tika. Dan aku berusah menggapai
kelentit Tika yang terbuka lebar. Jari telunjukku bergerak
menggesek-gesekan di permukan clitorisnya. Aku lihat tubuh Tika bergetar
dengan sentuhan jati telunjukku, dan ketika posisinya meguntungkan aku
langsun meraih kedua paha Tika sehingga posisi kita menjadi 69. Posisi
ini tidak seperti 69 biasanya, karena aku berdiri setangah membungkuk
sedangkan Tika kepalanya menjuntai di bibir meja.
“Sss.. Mas.. Kamu jaahaat..” rintih Tika sesekali melepaskan mulutnya
dari batang penisku. Dan sesekali jarinya yang lentik mengocok batang
kemaluanku.
“Mas.. Aduhh.. Aku nggak kuaat nihh.. Mass” rintih Tika.
Hisapan mulutku aku perkuat dengan kencang, sampai seakan-akan semua
cairan yang meleleh di dinding vagina Tika masuk semua kemulutku.
“Mass..” Tika merintih panjang ketika cairan di vaginanya muncrat untuk kesekian kali.
Adik kecilku yang begitu tegang merengek untuk menikmati lubang surgawi
Tika. Akhirnya aku segera merubah posisi, ke bawah selangkangan Tika.
Tika yang masih lemas akibat orgasme ketiga tadi, langsung aku balikkan
menghadap ke bibir meja. Posisi badannya yang setengah nungging dan
tengkurap diatas meja kerjaku, membuat birahiku langsung melonjak. Tanpa
memberi kesempatan Tika bernafas, batang penisku aku arahkan ke lubang
vagina Tika melalui belakang
“Bless..”
“Maass.. Gilaa.. Besar sekali.. Ooohh,” Tika terengah-engah menerima batang kemaluanku yang memang berukuran diatas rata-rata.
Gerakan maju mundur di belakang tubuh Tika secara berirama aku gerakan,
terkadang telapak tangan Tika menahan perutku. Agar supaya penisku tidak
masuk semua.
“Akhh.. Mas.. Amppunn.. Nikmat sekali rasanya..” rintihnya.
“Terus Mas.. Jangan berhenti.. Aku suka sekaallii” rintih Tika untuk
kesekian kalinya. Sesekali tangannya mencengkeram bibir meja dengan
kencang, saat batang kemaluanku menghujam dalam lubang Tika. Aku merubah
sedikit posisi, aku angkat satu kaki Tika untuk naik diatas meja.
Sehingga selangkangannya bersudut 90 derajat, sehingga penisku
benar-benar terbenam sampai mentok.
“Ughh.. Eeennaakk Mass..” desah Tika saat penisku terasa mentok menyentuh batas langit-langit vagina nya.
“Crek.. Crek.. Crek..” suara batang penisku menghujam keluar masuk di lubang kemaluan Tika.
Cengkraman tangan Tika di bibir meja, memperjelas pendapatku bahwa gadis
wanita ini benar-benar menikmati hebatnya batang penisku.
Aku berusaha mempermainkan birahi Tika dengan cara memperlambat tempo
pergerakan pinggulku. Aku melepas penis dan mulai membalikkan tubuh Tika
tepat berhadapan dengan tubuhku. Kali ini posisi Tika duduk di tepi
bibir meja kerja dan aku sendiri berdiri menghadapnya, dengan penuh
perasaan aku masukkan penisku kembali ke lubang surgawi miliknya.
“Sss..” desah Tika ketika aku mulai menggerakkan penisku keluar masuk.
Tangan Tika menopang tubuhnya, sedangkan kakinya melingkar di pinggulku.
“Hheekk.. Teruss.. Mas..” rintih Tika.
Beberapa saat kemudian aku lihat Tika semakin memacu birahinya untuk
mendapatkan orgasme berikutnya. Sesekali aku memutar-mutar penisku
sehingga dinding vagina Tika terasa sekali menggesek batang kemaluanku.
“Sss.. Nikmat sekali.. Mmm..” desahan Tika sekarang dibarengi dengan
merubah posisi tangannya. Yang pertama menopang tubuhnya supaya tidak
terlentang di atas meja, sekarang kedua tangann melingkar di punggungku.
Mulutnya yang haus berusaha menjilat dan menghisap puntingku, setiap
genjotan batangku semakin bertubi-tubi. Semakin liar saja bibirnya yang
mungil meraih puntingku. Posisi ini benar-benar membuat rangsangan yang
luar biasa, persendian tubuhku seperti mulai meluncur terfokus ke batang
kemaluanku yang diguyur kenikmatan yang luar biasa.
“Uggh.. Mass.. Aampunn.. Tikkaa.. nggak taahaan..” tintih Tika sambil menggapai-gapai puntingku yang semakin mengencang.
“Tahaann.. Sayang.. Kitaa.. Keluar saama-samaa..” rintihku yang tidak
kalah hebatnya untuk meraih klimak yang didambakan setiap orang saat
bercinta.
Gerakan kedua tubuh kami semakin tidak berirama, bagaikan kuda liar kami
memacu birahi. Sampai-sampai meja kerja bergoyang dan sedikit berbunyi.
“Ohh.. Mass.. Keluarin.. Di dalam.. Ohh..” pinta Tika.
Yang aku tahu jika seorang wanita mengijinkan sperma kita untuk keluar
didalam vaginanya, artinya dia sudah memprotek dirinya supaya tidak
hamil. Birahiku berlomba dengan birahi Tika untuk mengejar puncak
kenikmatan.
“Mass.. Aaakuu.. Kee.. luuaarr” Tika merintih panjang sambil menghisap puntingku dalam-dalam.
“Tahan.. Saayaanngg.. Aku jugaa.. Mauu..” rintihkan tak kalah hebatnya.
“Akkhh..” aku merintih panjang mendapatkan kenikmatan tersebut.
Seluruh kekuatanku saat itu, semua terfokus pada batang kemaluanku. Dan
kenikmatan itu semakin menjadi ketika Tika sedikit menggoyang
pinggulnya. Aduh alamak, rasanya aku terbang keawan.
Aku tidak bisa lagi menghitung, berapa kali semburan spermaku di lubang
vagina. Sengaja aku tidak melepas batang kemaluanku dari lubang vagina
Tika, aku rasakan denyutnya masih terasa memeras sisa-sisa kenikmatan
yang ada.
“Mas, kamu memang hebat” Tika memuji permainan sex ku.
“Kamu tidak hanya jago di teori tetapi juga prakteknya.”
Aku mengecup keningnya yang penuh dengan peluh, sekejap kemudian kepala
Tika bersandar di dadaku yang bidang. Adik kecilku yang tadinya tegang,
sekarang mulai mengkerut dan keluar dari lubang Tika dengan sendirinya.
Sejenak kami bergegas memperbaiki baju kami berdua, blus Tika yang
sedikit kusut akibat hebatnya permainan tersebut. Rok mininya dirapikan
seperti semula dan celana dalamnya dikenakan lagi. Komputer, meja, dan
dinding kantorku, menjadi saksi bisu permainan sex kami berdua.
Setelah merapikan rambut dan Tika memoles wajahnya dengan perlengkapan
make upnya, kami bergegas keluar ruangan. Sengaja, aku tidak membawa
mobilku karena memang aku akan mengantar Tika ke tempat yang dituju.
Sepanjang permainan Tika tidak henti-hentinya memuji permainan sex yang
baru aku tunjukkan. Dan kami berdua, bagaikan seorang sahabat yang sudah
mengenal. Sehingga tidak ada jarak lagi untuk saling bercanda, saling
tertawa.
Kenangan yang indah di tempat kerjaku, seakan hanya kami berdua yang
bisa merasakan keindahan permainan tersebut. Kami berdua telah mereguk
kenikmatan bersama.
*****
TAMAT
sukses dah.
BalasHapussegera daftar langsung klik!!!
BalasHapuspoker88
winpoker
zodiakpoker
lenterapoker
sempurnapoker
idolaqq
hoyajackpot
bundapoker
cobaqq
bonus jutaan rupiah!!!!100% asli no robot!!!!!